Naskah MC Mappacci Adat Bugis

naskah mc mappacci bugis

 

Upacara adat mappacci merupakan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat bugis di Sulawesi Selatan menjelang pernikahan, tepatnya pada malam hari H. Prosesi ini biasanya didahului dengan “Mandre Lebbe”  atau Khatam qur’an. Prosesi ini menggunakan daun pacar yang dibubuhi ke telapak tangan calon mempelai, memberi makna “mapaccing” atau bersih, sehingga bagi masyarakat bugis sudah menjadi keharusan untuk melaksanakannya menjelang akad nikah. Artikel ini dibuat sebagai referensi bagi siapa saja yang membutuhkan naskah Mc dalam prosesi mappacci pada pernikahan adat bugis demi kelancaran acara.

 

naskah mc adat bugis

Berikut ini contoh naskah MC Prosesi Mappacci pada pernikahan adat bugis

Bismillahirrahamnirrahim
Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh

Sukkuru’ki mappoji lao ri sese arajangna puang Allahu Ta’ala, nassbari elo ulle simatang’na, nawerengki asennangeng nenniya asagenangeng natopada engka sita rupa ri bola tudangeng’na alena tau malebbikeng (sebut nama orangtua mempelai atau keluarga besar) …

Salawa’ nenniya mappasalama’ lao ri nabitta Muhammad SAW, nabi engkae jelloreng ki laleng malempu nenniya pitang ki acenningeng selleng’e

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat hadir dan berkumpul di tempat yang berbahagia ini guna melangsungkan salah satu acara penting menjelang pernikahan yakni ritual “mappacci”.

Tiada kata yang dapat kami haturkan selain ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya atas kehadiran bapak dan ibu sekalian yang berkenan turut memeriahkan dan memberikan doa restu kepada calon mempelai.

Sebelum kita melangkah ke acara inti, saya ingin mengajak hadirin membaca basmalah.

Mengawali  acara mappacci pada malam hari ini, terlebih dahulu kita mendengarkan qalam ilahi yang akan dibawakan oleh … Kepada beliau dengan hormat dipersilahkan.

Selanjutnya, marilah kita bersama-sama mengikuti jalannya acara ini.

Patarakkai mai belo tudangeng, naripatudang siapi siata tau’e. silele uttu pangadereng pada tudang mappacci silewo-lewo riwenni tudang penni. Paccingi sia datue belo tudangeng, naripatajang mai botting e naripatterru cokkong ri lamming lakko ulaweng, na timpa parukkuseng nasiloloang dalle maraja naturungi pammase dewata.
Hadirin sekalian yang kami muliakan
Selanjutnya, saya akan mengundang para sesepuh untuk membubuhkan pacci pada calon mempelai
Pertama, saya persilahkan dengan hormat kepada …

Dalam upacara adat mappaci, digunakan beberapa peralatan atau perangkat yang kesemuanya memiliki makna khusus bagi masyarakat bugis.

Daun pacar merupakan jenis tumbuhan yang dalam bahasa bugis yang dinamakan pacci. Sebelum digunakan, terlebih dahulu dihaluskan untuk kemudian digunakan mewarnai kuku. Pacci memberikan warna merah terang pada kuku, tidak mudah memudar dan butuh waktu lama menghilangkan warnanya. Hal ini memberi makna dan sebuah harapan agar kiranya pernikahan tetap langgeng, menyatu antara keduanya hingga ajal memisahkan laksana pacci yang tidak mudah luntur.

Selanjutnya diundang dengan hormat kepada …
Bantal dalam bahasa bugis dinamakan angkalungung. Bantal yang digunakan sebagai alas kepala pada saat tidur. Kepala adalah anggota tubuh yang paling mulia dan terhormat bagi manusia sehingga bantal juga bermakna kehormatan, sebagaimana dalam istilah bugis “mappakalebbi”

Selanjutnya, saya persilahkan kepada ….
Di atas bantal tersusun tujuh helai sarung sutera. Sarung sebagai penutup tubuh disimbolkan sebagai harga diri sedangkann angka tujuh senada dengan kata “tuju” atau “mattujui”  yang artinya berguna dan bermanfaat.

Selanjutnya, diundang dengan hormat …
Daun pisang yang diletakkan di atas sarung yang menyimbolkan kehidupan berkesinambungan sebagaimana daun pisang akan kuncup sebelum mengering, dalam istilah bugis “maccolli maddaung”. Dalam hal ini, diharapkan agar mempelai kelak mendapatkan keturunan.

Kepada bpk/ibu … diundang dengan hormat
Selanjutnya, taburan benno pada calon mempelai menyiratkan harapan agar kiranya pasangan tersebut dapat hidup mandiri, atau dalam istilah bugis “mponno rialei”.

Kemudian diundang dengan hormat ….
Lilin yang diletakkan di hadapan calon mempelai menyimbolkan penerang atau sulo mattappa, bermakna teladan, diharapkan dapat menjadi panutan bagi keluarga dan masyarakat.

Berikutnya dipersilahkan dengan hormat …
Sembilan helai daun nangka diletakkan di atas daun pisang. Sebagaimana masyarakat bugis menyebutnya “panasa”, dikaitkan dengan kata “minasa” yang berarti harapan dan cita-cita yang luhur. Dalam istilah bugis “mamminasa ri deceng e”. Adapun Sembilan helai daun nangka yang menandakan angka tertingi. Hal ini menyiratkan harapan calon mempelai memiliki semangat hidup yang tinggi dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Selajutnya, diundang dengan hormat
Selain ikhlas dan kesucian hati dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga, diharapkan pula sikap jujur menyertai keduanya sebagaimana pepatah bugis mengatakan “duami kuala sappo, unganna panasae, belo kanukue” . Unganna panasae adalah lempu yang dikaitkan dengan “lempue” atau kejujuran. Belo kanukue adalah pacci yang senada dengan kata “paccing” yang berarti bersih/ suci. Bahwa dalam mengarungi kehidupan tidak boleh terlepas dari keduanya, kejujuran dan kescian hati.

Selanjutnya, saya persilahkan kepada kedua orang tua mempelai untuk memberikan doa restunya.
Pernikahan adalah gerbang menuju kehidupan yang baru, membentuk keluarga dalam naungan cinta Allah SWT agar kiranya mencapai sakinah mawadda warohmah. Karenanya, patutlah kiranya menjalin cinta yang disertai dengan kesucian hati diantara keduanya.

Demikianlah rangkaian acara mappacci pada malam hari ini. Semoga menuai manfaat dan keberkahan bagi kita semua, khususnya kepada calon pengantin. Di penghujung kata, marilah bersama-sama mengucap hamdalah.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh

Akhir Kata

Demikianlah contoh naskah Mc dalam prosesi mappacci adat bugis. Semoga bermanfaat bagi pembaca. dan menjadi berkah untuk kita semua. Salama’ki to pada salama’.

Leave a Comment