Menilik Sejarah Lahirnya Songkok Recca Khas Makassar

Songkok sudah menjadi perlengkapan paling diburu ketika ingin menghadiri acara terkait agama Islam, acara pertemuan, pernikahan dan sebagainya. Baiknya Anda perlu tahu kemegahan sejarah lahirnya songkok Recca asli Makassar yang satu ini.


Dengan konsepsi nyaris sama seperti peci model Turki Utsmani, ternyata memiliki banyak nilai yang terkandung di dalamnya. Ada beberapa pallet sampai detil coraknya yang dapat memanjakan mata ketika memandangnya.

Gayanya mirip dengan topi tentara, memang sekilas mirip dengan milik prajurit karnlena ditilik dari sejarahnya betul perlu pemahaman ketika mendengar atau mencoba menggunakan kata sepeeri ini.

Ulasan menarik dari kami akan dikhususkan untuk Anda terutama masyarakat Bugis di Makassar dan sekitarnya. Terkait dengan aksesori perllnikahan serta acara tertentu, tidak cocok jika tidak mendapat informasi sejarahnya.

Mengulas Tiga Zaman yang Menamakan Produk Khas Bugis Ini

Menurut Indonesia.co,  Songkok Recca atau Songkok Pamiring juga disebut songkok To Bone, dimana mulanya Songkok Recca ada ketika Raja Bone Ke-15, yang melakukan penyerang ke Tana Toraja pada tahun 1683.

Saat itu, Tentara Tator memberikan perlawanan cukup sengit untuk menghadapi pasukan Arung Palakka. Namun, sang raja hanya berhasil menduduki beberapa desa di wilayah Makale-Rantepao pada masa silam.

Pesatnya perkembangan zaman, terjadi perubahan pola pikir masyarakat pada masanya, hingga menyebabkan perbedaan kasta sudah tidak lagi dipandang sampai sekarang. Hasilnya Songkok Recca dapat dipakai oleh siapapun yang ingin memakainya.

Songkok pamiring bukan lagi milik kaum berdarah biru, namun masyarakat yang mengetahui nilai dan filosofisnya songkok pamiring ini, tidak akan memakainya sembarangan. Tetapi tetap saja wibawa pemakainya memiliki tapak sempurna.

Selain menunjukkan karisma, menurut kabar sejarah lahirnya songkok Recca ini juga menunjukkan siapa sebenarnya pemakaiannya, sebab ada atura bahwa semakin banyak hiasan emasnya, maka eksistensi songkok pamiring akan semakin bagus.

Meninjau keberadaannya saat ini, sudah banyak daerah mulai dari Makassar, Pinrang dan sekitarnya membuka peluang produksi. Baik Songkok recca, pamiring atau songkok to bone, ketiganya sama dalam bentuknya namun tidak pada zaman.

Nama Recca sendiri diambil karena bahan dasarnya terbuat dari serat pelepah daun lontar yang dipukul-pukul atau dalam bahasa Bugis berarti direca-reca. Pelepah daun tersebut dipukul hingga tersisa seratnya agar bisa dipilih atau ditenun sesuai kebutuhan.

Serat dari pelepah daun lontar, biasanya berwarna putih, akan tetapi setelah beberapa jam warnanya akan berubah menjadi coklat, hingga nantinya akan berubah menjadi hitam. Tentunya penggunaan warna semacam ini bisa memahami arti dari sikap itu.

Serat berwarna hitam didapat sebab pemukulan, perendaman sampai proses lanjutannya untuk dijadikan lingkaran. Artinya, ada peleburan warna seperti pada umumnya yang terjadi pada pohon sejenisnya.

Untuk penyediaan bahannya juga diambil dari pelepah asli Makassar, ada yang kasar dan lembut sesuai dengan keinginan pemesan. Lalu, proses pembuatannya juga sangat menarik untuk dilihat secara langsung.

Hanya dengan mesin manual yakni dipukul terlebih dahulu pelepahnya, kemudian seratnya dipilih dan ditenun untuk membentuk bulatan seperti peci pada biasanya. Hingga terpilin atau terajut sampai tersisa bagian yang ingin dilapisi beberapa ornamen khasnya.

Lalu proses selanjutnya juga perlu diketahui bahwa finishingnya adalah pengeringan supaya lebih lentur dan nyaman ketika digunakan. Jika Anda mampir ke deretan kota Bone, Makassar dan sekitarnya pasti banyak kios atau lapak yang menjualnya.

Termasuk pada berbicara sejarah lahirnya songkok Recca ini ternyata bukan hanya sebagai simbol keagungan dan kemegahan, tetap rendah hati agar bisa saling menyatukan umat. Bukan hanya persoalan duniawi atau material sehingga hanya menjadikan pecah belah.

Leave a Comment